PENGGUNAAN KEMAJUAN TEKNOLOGI UNTUK MENCIPTAKAN PROSES PEMBELAJARAN YANG MENYENANGKAN DAN TERCAPAINYA TUJUAN PENDIDIKAN

 

PENGGUNAAN KEMAJUAN TEKNOLOGI

UNTUK MENCIPTAKAN PROSES PEMBELAJARAN YANG MENYENANGKAN

DAN TERCAPAINYA TUJUAN PENDIDIKAN

 

Nanda Candra Kirana, S.Pd.

 

World Economic Forum  merilis 10 skill yang mutlak dibutuhkan seseorang untuk bisa menghadapi perubahan pada 2020 dan seterusnya, terutama karena adanya Industri 4.0. Skill tersebut di antaranya pemecahan masalah yang komplek, berpikir kritis, kreativitas, manajemen manusia, berkoordinasi dengan orang lain, kecerdasan emosional, penilaian dan pengambilan keputusan, berorientasi servis, negosiasi, dan fleksibilitas kognitif.

 

Pendidikan sebagai pondasi pembentukan dan pengembangan kompetensi (skill) seseorang mendapat imbas yang cukup banyak. Pendidikan dengan segenap regulasi dan terapannya harus mau beradaptasi dengan perubahan yang begitu cepat. Kemajuan bidang teknologi memberi peluang besar bagi pendidikan untuk memberi kontribusi pembangunan sumber daya manusia yang sesuai dengan perkembangan jaman.

Ternyata lebih dari 50% skill yang disebut di atas merupakan softskill. Beranjak dari kenyataan tersebut, sudah seharusnya pendidikan mengelaborasi diri dan melahirkan gerak kolaborasi dengan kemajuan teknologi terkini. Hal ini juga menjadi tahap memperkenalkan kemajuan teknologi dan pemanfaatannya kepada peserta didik yang akan sangat bermanfaat bagi mereka dalam menjalani kehidupan saat ini.

 

Pendidikan dan Tujuannya


            Penggunaan kemajuan teknologi untuk menciptakan proses pembelajaran yang menyenagkan akan memberi kemudahan untuk mencapai tujuan pendidikan dan pembelajran itu sendiri.

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia, secara umum tujuan dari pendidikan indonesia adalah untuk mencerdaskan manusia Indonesia. Melalui pendidikan manusia diharapkan agar menjadi berilmu pengetahuan, kreatif, sehat jasmani dan rohani, memiliki kepribadian yang baik, mandiri, dan bertanggungjawab.

Proses mendapat pengetahuan, mengolah dan kembali mentransmisinya saat ini sudah sangat mudah bila kita mau memanfaatkan kemajuan teknologi. Internet sebagi pusat tata surya dunia maya menjadi objek luas yang menyajikan banyak hal dalam tempo singkat dan akurat.

Penggunaan internet dalam proses pembelajaran memang sudah saatnya digunakan secara masif. Penggunaanya juga tidak hanya sebatas sebagai sumber mencari dan memberi umpan balik materi pelajaran tapi harus bisa digunakan sebagai pembalajaran kontekstual. Satu ruang kelas di sebuah wilayah bisa berkolaborasi dengan kelas lain di sekolah lain di waktu yang sama.

Ini tidak hanya akan mencerdaskan manusia Indonesia secara intelektual namun juga sosial kultural yang tentunya akan memberi efek positif yang luas bagi kemajuan peradaban manusia.

 

Visual Global Relationship Ciri Pendidikan Modern

            Di luar kelas, seorang siswa akan menemui visual global relationship. Sebuah bentuk hubungan yang sifatnya sangat luas, terutama bila si siswa memiliki peralatan canggih yang bisa mengakses banyak hal.

            Visual global relationship memberikan stimulus untuk membandingkan beragam bentuk yang dilihat dan didengar oleh seseorang. Seorang siswa akan mengetahui dan membandingkan proses pembelajaran yang dia alami dengan apa yang dia lihat di dunia maya.

            Video dan foto tentang pembelajaran yang menggunakan teknologi di luar negeri sudah banyak tersebar di dunia maya yang mungkin saja sudah dilihat oleh siswa dan masyarakat kita. Ini akan membuka ruang pembandingan itu. Format yang masih dianggap tradisional dan format modern.

            Pendidikan tradisional sangat menekankan pentingnya penguasaan bahan pelajaran. Menurut konsep ini rasio ingatanlah (kognitif) yang memegang peranan penting dalam proses belajar di sekolah (Dimyati Machmud, ‎‎1979 : 3). Pendidikan tradisional telah menjadi sistem yang dominan di tingkat pendidikan dasar dan menengah sejak paruh kedua abad ke-19, dan mewakili puncak pencarian elektik atas ‘satu sistem terbaik’.

Sedangkan konsep pendidikan modern (konsep baru), yaitu ; pendidikan menyentuh setiap aspek kehidupan peserta didik, pendidikan merupakan proses belajar yang terus menerus, pendidikan dipengaruhi oleh kondisi-kondisi dan pengalaman, baik di dalam maupun di luar situasi sekolah, pendidikan dipersyarati oleh kemampuan dan minat peserta didik, juga tepat tidaknya situasi belajar dan efektif tidaknya cara mengajar (Dimyati Machmud, 1979: 3). Pendidikan pada masyarakat modern atau masyarakat yang tengah bergerak ke arah modern (modernizing), seperti masyarakat Indonesia, pada dasarnya berfungsi memberikan kaitan antara anak didik dengan lingkungan sosial kulturalnya yang terus berubah dengan cepat.

Berdasarkan penjabaran di atas, terlihat kaitan yang erat antara konsep pendidikan modern dengan penggunaan kemajuan teknologi. Penggunaan teknologi dalam proses pembelajaran akan mengantarkan peserta didik pada pintu visual kondisi terkini. Oleh karena itu, penggunaan teknologi dalam proses pembelajaran tidak lagi berada pada posisi pilihan "ya" atau "tidak" tapi sudah menjadi sebuah keharusan. Untuk itu pula, harus sudah ada upaya injeksi regulasi dan penyiapan infrastruktur agar pendidikan kita dan kegiatan pembelajaran di dalamnya intim dengan teknologi.  

 

Penggunaan Teknologi Dalam Pembelajaran

Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses perolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik.

Salah satu pengertian pembelajararan dikemukakan oleh Gagne (1977) yaitu pembelajaran adalah seperangkat peristiwa -peristiwa eksternal yang dirancang untuk mendukung beberapa proses belajar yang bersifat internal. Lebih lanjut, Gagne (1985) mengemukakan teorinya lebih lengkap dengan mengatakan bahwa pembelajaran dimaksudkan untuk menghasilkan belajar, situasi eksternal harus dirancang sedemikian rupa untuk mengaktifkan, mendukung, dan mempertahankan proses internal yang terdapat dalam setiap peristiwa belajar. 

 Di sisi lain pembelajaran mempunyai pengertian yang mirip dengan pengajaran, tetapi sebenarnya mempunyai konotasi yang berbeda. Dalam konteks pendidikan, guru mengajar agar peserta didik dapat belajar dan menguasai isi pelajaran hingga mencapai sesuatu objektif yang ditentukan (aspek kognitif), juga dapat memengaruhi perubahan sikap (aspek afektif), serta keterampilan (aspek psikomotor) seorang peserta didik, namun proses pengajaran ini memberi kesan hanya sebagai pekerjaan satu pihak, yaitu pekerjaan pengajar saja. Sedangkan pembelajaran menyiratkan adanya interaksi antara pengajar dengan peserta didik.

Pembelajaran yang berkualitas sangat tergantung dari motivasi pelajar dan kreatifitas pengajar. Pembelajar yang memiliki motivasi tinggi ditunjang dengan pengajar yang mampu memfasilitasi motivasi tersebut akan membawa pada keberhasilan pencapaian target belajar. Target belajar dapat diukur melalui perubahan sikap dan kemampuan siswa melalui proses belajar. Desain pembelajaran yang baik, ditunjang fasilitas yang memandai, ditambah dengan kreatifitas guru akan membuat peserta didik lebih mudah mencapai target belajar. (https://id.wikipedia.org/wiki/Pembelajaran)

            Penggunaan teknologi dalam kegiatan pembelajaran akan menjadikan kegiatan belajar lebih menarik dan variatif. Selain itu seorang pendidik akan sangat terbantu dalam menerapkan prinsip pembelajaran yang efektif.

            Dalam buku Conditioning of Learning, (Gagne, 1977) dikemukakan tujuh prinsip pembelajaran yang dapat dilakukan oleh guru dalam melaksanakan pembelajaran. Ketujuh prinsip pembelajaran tersebut adalah sebagai berikut :

1.      Perhatian dan Motivasi (Gaining Attention)

2.      Keaktifan

3.      Keterlibatan Langsung/Pengalaman (Eliciting Performance)

4.      Pengulangan (Stimulating Recall)

5.      Tantangan (Presenting The Stimulus)

6.      Balikan dan Penguatan (Providing Feedback)

7.      Perbedaan Individual (Assessing Performance)

 

 

Dengan menggunakan teknologi, ketujuh prinsip pembelajaran diatas akan lebih mudah diterapkan. Peralatan seperti android dan laptop yang terkoneksi dengan internet akan memungkinkan seorang pendidik mendapatkan perhatian lebih dari peserta didik serta bisa memberi motivasi dengan materi audio visual. Siswa tidak hanya mengerjakan tugas di buku tulis. Siswa akan lebih aktif mendalami materi sehingga keterlibatan siswa akan semakin meningkat. Pengulangan pembelajran bisa dilakukan dengan beragam media. Tantangan pembelajaran juga akan semakin menstimulus kemmapuan siswa. Umpan balik dari siswa juga akan semakin mudah dilaksanakan. Pemberian penilaian juga akan semakin variatif sesuai kompetensi siswa.

Dengan menggunakan teknologi, ketujuh prinsip pembelajaran diatas akan lebih mudah diterapkan. Peralatan seperti android dan laptop yang terkoneksi dengan internet akan memungkinkan seorang pendidik mendapatkan perhatian lebih dari peserta didik serta bisa memberi motivasi dengan materi audio visual. Siswa tidak hanya mengerjakan tugas di buku tulis. Siswa akan lebih aktif mendalami materi sehingga keterlibatan siswa akan semakin meningkat. Pengulangan pembelajran bisa dilakukan dengan beragam media. Tantangan pembelajaran juga akan semakin menstimulus kemmapuan siswa. Umpan balik dari siswa juga akan semakin mudah dilaksanakan. Pemberian penilaian juga akan semakin variatif sesuai kompetensi siswa.

Ada hal menarik yang kita temui disini. Penggunaan teknologi dalam kegiatan pembelajaran akan meningkatkan ketertarikan belajar siswa serta keterlibatan mereka secara langsung. Hal ini akan mempengaruhi hasil belajar siswa tentunya.

 

Pentingnya keterlibatan langsung dalam belajar dikemukakan oleh John Dewey dengan "learning by doing"-nya. Belajar sebaiknya dialami melalui perbuatan langsung dan harus dilakukan oleh siswa secara aktif. Prinsip ini didasarkan pada asumsi bahwa para siswa dapat memperoleh lebih banyak pengalaman dengan cara keterlibatan secara aktif dan proporsional, dibandingkan dengan bila mereka hanya melihat materi/konsep. Modus Pengalaman belajar adalah sebagai berikut: kita belajar 10% dari apa yang kita baca, 20% dari apa yang kita dengar, 30% dari apa yang kita lihat, 50% dari apa yang kita lihat dan dengar, 70% dari apa yang kita katakan, dan 90% dari apa yang kita katakan dan lakukan.

 

PROFIL


Nanda Candra Kirana, S,Pd. Lahir di Lembah Jaya, Aceh Tamiang 10 April 1987. Bekerja sebagai seorang tenaga pendidik di MTsN 1 Langkat.  Menyelesaikan pendidikan dasar di SD Swasta Muhammadiyah, Lembah Jaya-Aceh Tamiang. SMP dan SMA di Pondok Pesantren Al-Husna, Marindal Satu-Deli Serdang, S-1 diselesaikan di Universitas Muslim Nusantara (UMN) Al-Washliyah, Medan. Program studi yang diambil adalah S-1 Pendidikan Bahasa Inggris.

 

http://gurupenggerakindonesia.com.

 


Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

BELAJAR BAHASA INGGRIS DENGAN MODA DARING LAGI UNTUK KELAS 7 MTsN 1 LANGKAT

MENJADI GURU EKSPLORATIF MENCIPTAKAN POLA BELAJAR EFEKTIF DARI RUMAH