FANA

 

DUPENI (Dunia Cerpen Pribadi)

FANA

Nanda Chandra Kirana Silitonga

            Tilambus memandang hamparan mimpi dan sunyi  dalam sensor virtualnya. Dia mengerti mengapa semesta ini tak terbatas. Dunia ini dalam pikiran Tuhan. Kita adalah imajinasi Tuhan, diam dan bergerak dalam pikiran-Nya. Dunia ini tidak akan abadi namun akan diganti. Kita mungkin ada bisa pula tidak ada dalam dunia baru yang Tuhan ciptakan. Tilambus bahkan berfikir bahwa  dunia saat ini adalah surga yang Tuhan janjikan pada manusia sebelum kita. Begitu banyak keindahan di dunia ini; wanita-wanita cantik yang patut diberi julukan bidadari. Karena itu pula Tilambus diusir dari sekolahnya di Planet Janjabir.

            “Yang abadi hanya Tuhan karena keabadian diciptakan Tuhan” Ucap Tuan Jaundara, guru  Tilambus.

            “Maaf, Tuan. Saya kira kita abadi bersama Tuhan” Ujar Tilambus pasti.

            Sontak seisi kelas menatapnya serius terlebih Tuan Jaundara. Tilambus adalah makhluk yang mengkultuskan akalnya. Sebuah koneksi pikirannya dan pikiran Tuhan, jaringan yang langsung terhubung dengan pikiran Tuhan. Itu menurutnya, itu kenapa Tuhan Maha Segalanya. Karena apa yang kita dengar, kita lihat, kita rasa dan kita pikirkan semua bermuara pada akal pikiran kita, akal yang terkoneksi langsung tanpa batas dan hambatan dengan pikiran Tuhan.

            “ Jadi kau anggap dirimu Tuhan, Tilambus?” Tuan Juandara kelihatan marah

            “Bukan, Tuan. Saya tak berkata seperti itu. Kita ada dalam pikiran Tuhan. Singkatnya kita bagian dari imajinasi ketuhanan.  Visual  itu hanya ada dalam pikiran Tuhan. Visual yang kita lihat adalah visual yang dibuat dan dilihat oleh Tuhan itu sendiri. Sebenarnya kita tidak ada tapi kita merasa ada karena memang Tuhan merasakan keberadaan kita dalam pikiran-Nya.” Tilambus berusaha menjelaskan.

            “Pikiranmu sesat, Tilambus. Kau berpikir kalau kau ada dalam diri Tuhan!” Tuan Juandara semakin berang.

            “Kalau begitu, Tuan. Tolong jelaskan dimana kita berada?” Tanya Tilambus sopan.

            “Anak-anak!” Seru Juandara “Tolong beritahu Tilambus kalau dia berada di Janjabir. Mungkin pria ini sedang mabuk hingga ia lupa dimana kakinya sedang berpijak`” Tambah Juandara dengan tersenyum sinis ke arah Tilambus

            “Maaf, Tuan. Saya tidak sedang mabuk. Baiklah, kalau memang kita ada di Janjabir, satu planet dari 3.865.777 planet di galaksi Arambikala. Saya akan bertanya dimanakah Arambikala? Kalau Tuan menjawab bahwa Arambikala ada pada titik kordinat 09.00.098.87 pada alam semesta. Saya kembali bertanya dimanakah semesta ini berada?” Kembali Tilambus menatap tajam pada tiap pasang mata.

            Mendengar pertanyaan terakhir Tilambus seisi kelas saling menatap. Juandara yang tadi kelihatan murka terlihat mengerutkan keningnya. Ia sedang berpikir tentang pertanyaan muridnya.

     


Komentar

Postingan populer dari blog ini

BELAJAR BAHASA INGGRIS DENGAN MODA DARING LAGI UNTUK KELAS 7 MTsN 1 LANGKAT

JALAN KEHIDUPAN