ASHABUL KAHFI VS ASHABUL KAFE

 

ASHABUL KAHFI VS ASHABUL KAFE

Nacaki Silitonga

Tulisan ini tidak bermaksud menyindir pihak manapun. Terlebih bermaksud untuk menyudutkan, tidak sama sekali. Tulisan ini muncul sebagai sebuah hipotesa dari cara pandang penulis menyimpulkan kondisi saat ini.

Di Ramadhan ke-21, penulis melaksanakan acara buka puasa bersama di sebuah kafe. Kami tiba sekitar setengah jam sebelum waktu maghrib. Saat tiba di lokasi, kafe sudah dipenuhi banyak orang yang mayoriotasnya adalah para remaja. Di meja mereka sudah tersedia ragam menu berbuka.

Saat maghrib tiba, semua terlihat normal. Setiap orang membatalkan puasa dan melahap makanan. Hanya saat penulis dan beberapa teman beranjak menuju mushola yang tersedia di kafe itu, sangat sedikit remaja putra yang ikut menuju mushola bahkan remaja putri tak ada yang beranjak dari duduknya.

Selesai sholat maghtrib, hanya beberapa orang yang terlihat di mushola. Penulis dan beberapa rekan kembali menuju meja kami. Sampai sudah hampir masuk waktu Isya, tidak terlihat lagi ada remaja yang bergerak untuk sholat. Malah sekarang terlihat banyak yang sibuk dengan gawai masing-masing.

Disini lah ide tulisan ini lahir. Penulis langsung teringat tentang beratnya perjuangan Ashabul Kahfi dalam menjalankan syari’at, namun kita di tengah banyak kemudahan malah meninggalkan kewajiban.

Ashabul Kahfi merupakan salah kisah menakjubkan yang terjadi pada masa lalu sebelum zaman Nabi Muhammad SAW. Ashabul Kahfi adalah kisah tujuh pemuda yang tertidur di dalam gua selama 309 tahun. Di mana mereka bersembunyi di dalam gua untuk melarikan diri dari kekejaman Raja Decyanus untuk mempertahankan keimanannya. Kisah pemuda tersebut tertera dalam Al Quran surat Al Kahfi ayat 9-26.

Akan ada masalah serius sebenarnya, saat para pemuda sebagai generasi penerus jauh dari Tuhan. Pembentukan karakter yang baik dapat dicapai dengan mengamalkan ajaran agama. Para pemuda kita memang berpuasa namun tidak sholat. Padahal kewajiban-kewajiban dalam agama harus dilaksanakan secara keseluruhan, karena sejatinya perintah-perintah Tuhan saling berkaitan.

Ada teori yang menyatakan bahwa jika ingin menghancurkan sebuah bangsa, rusaklah karakter generasi mudanya. Teori ini rasanya sudah diterapkan orang-orang yang memang ingin generasi kita rusak.

Peran orangtua dan keluarga selaku pihak yang paling dekat dengan para remaja harus lebih aware lagi tentang kondisi ini. akan kah kita terus diam melihat remaja kita tahan berjam-jam nongkrong di kafe dengan gawai mereka namun tidak betah bahkan tidak pernah datang ke mesjid?.

Harapan kita tentunya keimanan dan ketaqwaan mereka seperti para Ashabul Kahfi bukan hanya terpaut hatinya ke kafe karena Wireless Fidelity (wifi) gratis.




Komentar

Postingan populer dari blog ini

BELAJAR BAHASA INGGRIS DENGAN MODA DARING LAGI UNTUK KELAS 7 MTsN 1 LANGKAT

DARI PTK KE MEDIA CETAK