MENJADI GURU EKSPLORATIF MENCIPTAKAN POLA BELAJAR EFEKTIF DARI RUMAH


MENCIPTAKAN POLA BELAJAR EFEKTIF DARI RUMAH

Nanda Candra Kirana*

            Coronavirus Desease 2019 (Covid-19) memberikan banyak perubahan pada pola kegiatan kehidupan masyarakat dunia. Mengutip Pikiran Rakyat.Com  per-1 Mei 2020, di Indonesia saja terkonfirmasi positif sudah mencapai angka 10.551 orang. Kondisi ini tentunya membuat beragam kegiatan memilki ruang terbatas; tidak terkecuali kegiatan pembelajaran. Negara sebagai pemangku kebijakan telah melahirkan beragam regulasi dengan tujuan agar masyarakat terjamin kesehatannya terejamin pula pendidikannya. Covid-19 kembali membuka lebar wacana paedagogi digital yang terinput di dalamnya penggunaan teknologi sebagai sarana pembelajaran.

Melalui Surat Edaran Mendikbud nomor 4 tahun 2020 tentang Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan dalam Masa Darurat Penyebaran Coronavirus Disease (covid-2019), Mendikbud menjelaskan aturan lebih rinci tentang pon-poin pembelajaran jarak jauh. Dalam poin 2 surat edaran tersebut dijelaskan, Proses Belajar dari Rumah dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut:

1.      Belajar dari Rumah melalui pembelajaran daring/jarak jauh dilaksanakan untuk memberikan pengalaman belajar yang bermakna bagi siswa, tanpa terbebani tuntutan menuntaskan seluruh capaian kurikulum untuk kenaikan kelas maupun kelulusan.

2.      Belajar dari Rumah dapat difokuskan pada pendidikan kecakapan hidup antara lain mengenai pandemi Covid-19.

3.      Aktivitas dan tugas pembelajaran Belajar dari Rumah dapat bervariasi antarsiswa, sesuai minat dan kondisi masing-masing, termasuk mempertimbangkan kesenjangan akses/ fasilitas belajar di rumah;

4.      Bukti atau produk aktivitas Belajar dari Rumah diberi umpan baiik yang bersifat kualitatif dan berguna dari guru, tanpa diharuskan memberi skor/ nilai kuantitatif. 

Inilah yang menjadi pegangan masyarakat dunia pendidikan di Indonesia dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran dari rumah. Sebenarnya pembelajaran daring bukan lagi model pembelajaran yang betul-betul baru di era digital saat ini. Meski masih dalam kuantitas yang kecil, sudah ada lembaga pendidikan baik universitas maupun sekolah yang menerapkannya. Hanya bila diukur secara masif tentu akan banyak pihak yang merasa ini hal yang baru dan biasanya hal baru itu akan terasa sulit. Untuk itu pula kementerian pendidikan memberikan ruang bagi guru, siswa dan orangtua untuk menggunakan fasilitas yang ada sebagai upaya penerapan physical distancing guna memutus rantai penularan Covid-19.
Porsi peran guru kembali dituntut lebih, guru dihrapkan tidak hanya menjadi pribadi yang eksploitatif namun harus eksploratif. Harus berani mencoba dan mengembangkan fasilitas yang ada. Guru harus mampu menyelaraskan ekosistem pembelajaran daring yang ia kelola. Harus ada komunikasi aktif antara guru, siswa dan orangtua. Meski ada kelonggaran yang diberikan dalam eksekusi pembelajaran daring karena latar belakang ekonomi dan lainnya, guru harus mampu menjadikan pembelajaran daring tetap bermutu. 

Guru harus memilki data terkait akses internet, tingkat rendahnya zona rawan Covid-19 di wilayah tempat tinggal siswa serta data fasilitas pembelajaran daring yang dimiliki siswa. Untuk fasilitas pembelajaran daring, terkadang tidak semua siswa dalam satu kelas memilki fasilitas yang sama, bahkan ada yang tidak memiliki, dan ada pula yang dalam satu rumah tempat siswa tinggal, hanya satu orang yang memiliki fasilitas seperti gawai dan fasilitas itu digunakan untuk bekerja.
Bila data itu telah dimiliki oleh seorang guru, barulah kemudian ia bisa memilih pola pembelajaran daring yang mana yang bisa diterapkan. Berdasarkan zona tempat tinggal dan fasilitas pembelajaran yang dimiliki siswa, kita bisa membagi pola pembelajaran dari rumah ini menjadi dua pola daring penuh dan kombinasi.

1.      Daring Penuh

Pola ini hanya bisa dilaksanakan bila semua siswa memiliki akses internet dan fasilitas daring lainnya. Bahkan satuan pendidikan bisa menerapkan ini untuk seluruh siswanya pada semua tingkatan dengan melibatkan peran aktif orangtua dalam membantu dan mengawasi peserta didik melakukan proses belajar.

Selanjutnya guru kiranya mampu meramu kegiatan pembelajaran dengan beragam format bahan ajar. Akan sangat lebih mudah bagi guru pada pola ini melakukan varian format karena media audio visual yang digunakan menawarkan beragam apliaksi dan objek yang bisa dijadikan sarana dan materi pembelajaran.

Satuan pendidikan juga bisa berekspansi lebih dalam dengan mengembangkan server yang mampu mengoperasikan aplikasi pembelajaran daring yang saat ini banyak ditawarkan meski harus mengeluarkan dana. Aplikasi E-Learning seperti ini memiliki banyak keunggulan. Kepala sekolah/madrasah akan sangat mudah memantau kegiatan para guru dan siswa. Semua data akan terhimpun dalam satu server bahkan penilaian KI 3 bisa dilakukan secara otomatis.


2.      Kombinasi

Pola ini adalah opsi yang bisa dilakukan oleh guru bila ternyata tidak semua siswanya memiliki akses dan fasilitas internet yang memadai. Kembali seorang guru dituntut mampu membuat dua model pembelajaran; daring dan luring dan mengaplikasikannya secara bersamaan. 

Model daring diterapkan bagi siswa yang memiliki fasilitas dan akses internet dengan menyepakati aplikasi daring apa yang digunakan. Guru juga harus siap melonggarkan jam belajar karena ada di antara siswa yang ternyata fasilitas daringnya baru bisa digunakan saat orangtuanya pulang dari bekerja.

Untuk siswa yang memang tidak memiliki fasilitas sama sekali, maka pembelajaran luringlah yang dilakukan. Siswa tetap belajar di rumah hanya guru membuat strategi sedemikian rupa agar siswa tetap mendapat pengajaran dari guru namun kesehatannya tetap terjaga. Bisa dilakukan dengan mengantar tugas secara langsung ke rumah masing-masing siswa secara bergiliran dan temporal dimana guru dan siswa tetap memperhatikan prosedur kesehatan;  memakai masker dan mengatur jarak. Seperti yang dilakukan oleh Ujang Setiawan Firdaus (50) yang merupakan guru di SD Negeri Purbayani 1 Kecamatan Caringin, Kabupaten Garut. Atau pihak sekolah yang telah memiliki data mempekerjakan pihak yang bisa mengantar jemput tugas siswa tanpa harus membebankan kepada guru lagi.

Apapun pola yang dilaksanakan tidak menutup kemungkinan akan menghadapi masalah atau kesulitan, disini pula komitmen dan konsisten diperlukan. Komitmen dan konsisten adalah energi untuk memulai dan menyelesaikan, sedangkan masalah/kesulitan menjadi energi yang memotivasi kita untuk berkreasi mencari solusi.


           

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

BELAJAR BAHASA INGGRIS DENGAN MODA DARING LAGI UNTUK KELAS 7 MTsN 1 LANGKAT

JALAN KEHIDUPAN