BERBAGI
BERBAGI
Bertambah, membuatmu senang. Senyum terukir indah memberi kesan.
Menutup ragam letih yang kemarin mudah terpandang. Tambah menjadi lambang perkembangan.
Ia menjadi arah paling terang untuk bukti sebuah kemajuan.
Berkali cara pandangmu coba diluruskan, tentang arti bilangan dalam
hidup, bahwa satu cabang bisa memiliki ragam kelipatan. Bisa pula dalam hidup,
jutaan menjadi fana bila dikalikan dengan niat hampa; niat tanpa landasan
ketuhanan.
Berkurang, menjadi ihwal yang paling engaku takutkan. Terlebih bila
kekurangan itu terkait hal yang engkau miliki; umur berkurang, sehat berkurang,
harta berkurang dan warasmu berkurang. Dalam benak yang cuma sepetak, kurang
engkau tafsir sebagai kegagalan, kelemahan, kemunduran dan juga kehancuran. Engkau
menjadi fobia kurang. Kurang mengurungmu dalam karung karang, mengarang kidung
palsu bagi keihklasan.
Berbagi bagimu adalah Kampung Penari yang menakutkan. Ia seperti
saudara kandung “kurang”, menyesakkan dadamu bila ia datang. Ada satu konsep
yang sulit diterima akalmu bahwa memberi sebenarnya menambah. Menurutmu itu
kalkulasi orang bodoh, memberi bagimu adalah menghilangkan bagaimana mungkin
memberi berarti menerima. Engkau lupa bahwa “bagi” juga berarti “untuk”. Maka bagimu
adalah untukmu.
Langkat, 07 Juni 2022
Komentar
Posting Komentar