MENULIS KARENA JATUH CINTA PADA “PUISI MBLING”
MENULIS KARENA JATUH CINTA PADA “PUISI MBLING”
Nanda Candra Kirana Silitonga
Saya sangat setuju dengan ungkapan, “Penulis yang baik
adalah pembaca yang baik”. Sebab, saya pribadi tertarik untuk menulis karena
membaca. Saya sangat suka membaca karya-karya sastra. Itu pulalah yang
menstimulus untuk menulis.
Pada awal belajar menulis, saya berusaha untuk melahirkan
tulisan yang sama persis dengan beberapa karya yang sangat saya gandrungi.
Sebut saja puisi-puisi Taufik Ismail, Gus Sholeh, dan Remy Sylado.
Untuk Taufik Ismail dan Gus Sholeh, nuansa relijius sering
saya temukan walau banyak juga karya mereka yang bernuansa sosial. Pada karya
kedua maestro ini, saya sebagai alumnus pondok pesantren menemukan wadah untuk
mengilustrasikan rasa dan pemikiran. Dengan membaca karya m,ereka saya semakin
berani dan tenggelam dalam dekapan cinta puisi-puisi Jalaludin Rumi.
Saat duduk di bangku kuliah, saya kembali jatuh hati pada karya
sastra nyentrik; puisi-puisi karya Remy Sylado. Puisi-puisi beliau sangat
bebas, sangat dekat, dan sangat nikmat menurut saya. Sebagai seseorang yang
masih baru menulis. Pada karya beliau saya rasakan hilangnya regulasi-regulasi
yang menurut saya sangat mengganggu penulis-penulis pemula. Puisi-puisinya
seakan berbisik, “Sudahhh..Jangan lama mikir. Tulis saja!”.
Penulis bernama asli Yapi
Panda Abdiel Tambayong ini, memberikan pandangan baru tentang arti menulis. Bahkan
menurut saya, banyak pesan tulisan beliau yang hanya bisa dimengerti oleh
beliau sendiri. Maka akan lahir multi tafsir bila orang-orang mencoba
menafsirkannya. Puisi-puisi beliau dikenal dengan nama “Puisi Mbling”.
Dari situ, saya mulai
menggandrungi menulis puisi. Puisi-puisi yang jauh dari diksi indah ataupun
majas-majas yang baik. Saya menulis apa saja dan begitu saja.
Saya pun mulai membiasakan
diri untuk menulis setiap hari.
Komentar
Posting Komentar