KONOTASI DAN DENOTASI

 

KONOTASI  DAN DENOTASI

Nanda Candra Kirana

 

Sebelumnya kita pernah membahas diksi atau pilihan kata. Kemampuan diksi sangat dibutuhkan oleh seorang penulis. Diksi ibarat takaran bumbu bagi masakan, bila tidak tepat rasa yang dihasilkan akan tidak sempurna tentunya.

Terkait dengan diksi ada pula istilah denotasi dan konotasi yang juga harus dipahami seorang penulis terkait pemilihan kata dan penyusunan kalimat. Hal ini tak hanya agar kalimat enak didengar dan dibaca namun lebih dari itu agar kaliamt lebih mudah dicerna.

Denotasi

Denotasi adalah makna kata secara harafiah atau makna sebenarnya dari suatu kata. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) telah dijelaskan arti denotasi dan konotasi.

Denotasi adalah makna kata atau kelompok kata yang didasarkan atas penunjukan yang lugas pada sesuatu di luar bahasa atau yang didasarkan atas konvensi tertentu dan bersifat objektif.

Dilansir dari situs Lexico, denotasi adalah arti literal atau primer dari sebuah kata, berbeda dengan perasaan atau ide yang disarankan oleh kata tersebut.

Denotasi juga dikenal sebagai makna kognitif, mengacu pada hubungan langsung antara suatu istilah dan objek, ide atau tindakan yang ditunjuknya.

 Kesimpulannya, denotasi adalah arti literal atau primer dari suatu kata.

Biasanya makna denotasi sesuai dengan yang terdapat dalam kamus atau literatur lain. Tidak ada unsur makna lain atau makna tersembunyi yang terkandung di dalam denotasi.

Jika suatu kalimat tidak memiliki makna ganda atau tidak ambigu maka kalimat tersebut adalah denotasi.

Konotasi

Pengertian Konotasi Menurut KBBI, konotasi adalah kata yang mempunyai makna lain di baliknya atau sesuatu makna yang berkaitan dengan sebuah kata.

Dilansir dari situs Lexico, konotasi adalah tautan pikiran yang menimbulkan nilai rasa pada seseorang ketika berhadapan dengan sebuah kata.

Konotasi adalah makna yang ditambahkan pada makna denotasi.

 Konotasi adalah suatu gagasan atau perasaan yang menyertai suatu kata di samping makna literal atau primernya.

Dengan demikian konotasi dikenal sebagai makna afektif, mengacu pada aspek emosi dan asosiasi dari suatu istilah.

Kesimpulannya, konotasi adalah gagasan atau perasaan yang menyertai suatu kata. Perasaan atau emosi ini bisa negatif atau positif.

Ciri-ciri konotasi dan denotasi

Untuk mempermudah membedakan konotasi dan denotasi, dapat diketahui dari ciri-ciri sebagai berikut:

Ciri-ciri denotasi

Ciri-ciri kata atau kalimat yang bermakna denotasi adalah:

1.      Makna kata sesuai apa adanya.

2.      Makna kata sesuai hasil observasi.

3.      Makna menunjukkan langsung pada makna acuan dasarnya.

Ciri-ciri konotasi

Ciri-ciri kata atau kalimat yang bermakna konotasi adalah:

1.      Makna tidak sebenarnya.

2.      Makna tambahan yang dikenakan pada sebuah makna konseptual.

3.      Makna tambahan berupa nilai rasa.

Contoh denotasi dan konotasi

Sebenarnya kalimat denotasi dan konotasi sudah sering dijumpai dan digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Berikut contoh-contoh kalimat denotasi dan konotasi:

Contoh kalimat denotasi antara lain:

1.      Andi sedang makan nasi dengan lauk ayam goreng.

Arti kata makan dalam kalimat tersebut sesuai dengan yang dijelaskan KBBI.

Dalam KBBI kata makan berarti memasukkan makanan pokok ke dalam mulut serta mengunyah dan menelannya.

2.      Anak-anak sedang belajar untuk persiapan ujian.

Arti kata anak dalam kalimat tersebut sesuai dengan yang dijelaskan dalam KBBI. Anak adalah keturunan yang kedua atau manusia yang masih kecil.

3.      Bunga mawar di kebun sudah mekar.

Arti kata mawar dalam kalimat tersebut sesuai dengan yang dijelaskan KBBI. Mawar adalah tanaman perdu suku Rosaceae, meliputi ratusan jenis, tumbuh tegak atau memanjat, batangnya berduri, buanganya beraneka warna, seperti merah, putih, merah jambu, merah tua, berbau harum.

Contoh kalimat konotasi

: 1. Orangtua sudah banyak makan asam garam kehidupan.

Kata makan dalam kalimat ini bukan berarti makan asam dan garam sebenarnya melainkan telah mendapatkan pengalaman hidup yang baik maupun buruk.

2. Wijaya tidak disukai teman-temannya karena besar kepala.

Ungkapan besar kepala dalam kalimat tersebut bukan kepalanya berukuran besar melainkan ungkapan yang menunjukkan sifat sombong atau congkak.

      3.Mayang mempunyai paras cantik sehingga menjadi bunga desa.

Ungkapan bunga desa dalam kalimat tersebut bukan berarti bunga yang ada di desa. Tetapi menunjukkan gadis cantik yang banyak dikagumi atau dipuja orang.




Komentar

Postingan populer dari blog ini

BELAJAR BAHASA INGGRIS DENGAN MODA DARING LAGI UNTUK KELAS 7 MTsN 1 LANGKAT

DARI PTK KE MEDIA CETAK