BEBERAPA KARYA TULIS MENJADI WARISAN TAK TERMAKAN ZAMAN

 

BEBERAPA KARYA TULIS MENJADI WARISAN TAK TERMAKAN ZAMAN

Oleh : Nanda Candra Kirana

Pernahkah anda berpikir bahwa mungkin saja karya tulis anda hari ini akan menjadi kajian dan sumber pengetahuan bagi manusia masa depan?. Mereka akan sangat tertarik membaca dan menelaah karya tulisan anda.

Skenario tentang bagaimana masa depan dunia memiliki beragam bentuk. Ada yang berpendapat bahwa manusia di masa depan akan semakin maju dengan segala teknologi yang semakin canggih. Adapula yang berpendapat bahwa manusia akan back to basic alias kembali pada pola hidup tradisional karena sumber energi buatan tidak lagi mampu menopang keberlangsungan penggunaan teknologi.

Maka apa yang kita alami saat ini akan menjadi sejarah bagi masa depan. Sama seperti kita saat ini, kita mengkaji sejarah dari jejak-jejak sejarah yang ditinggalkan nenek moyang kita. baik cerita lisan, benda-benda ataupun karya-karya tulis mereka.

Di Indonesia sendiri, ada kitab-kitab kuno yang merupakan jejak sejarah intelektual manusia nusantara yang terus dikaji. Mengutip dari www.boombastis.com , setidaknya ada 5 karya tulis sejarah nusantara yang menjadi objek kajian ilmiah hingga saat ini.

1. Kitab Negarakertagama

Negarakertagama memiliki arti Negara dengan tradisi (agama) yang suci. Kitab ini pertama kali ditemukan di tahun 1894 di istana Raja Lombok. Seorang peneliti bernama J.L.A Brandes menyelamatkannya sebelum dibakar bersama seluruh buku di perpustakaan kerajaan. Naskah ini adalah naskah tunggal yang berhasil ditemukan dan selamat setelah selesai ditulis pada tahun 1365.

Kitab ini ditulis oleh empu Prapanca yang merupakan nama samaran dari Dang Acarya Nadendra. Seorang bekas pembesar agama Buddha di Kerajaan Majapahit saat Prabu Hayam Wuruk berkuasa. Kitab yang merupakan syair kuno Jawa atau kakawin ini menceritakan kejayaan Kerajaan Majapahit saat itu. Salah satu tentang daerah kekuasaan dan juga silsilah keluarga raja. Penemuan kitab ini menjadi bukti jika di masa lalu, Indonesia pernah dikuasai kerajaan hebat dengan tradisi kelas tinggi.

2. Kitab Sutasoma

Kitab Sutasoma adalah sebuah kakawin atau syair Jawa Kuno yang berisi banyak bait. Orang yang yang menggubah kitab ini hingga terkenal sampai sekarang adalah Empu Tantular. Ia disuruh oleh Hayam Wuruk yang saat itu masih menjadi raja. Kitab ini berisi banyak sekali hal hebat yang masih dipakai sampai sekarang. 

 3. Kitab Arjuna Wiwaha

Arjuna Wiwaha adalah sebuah karya sastra kuno yang dibuat dan digubah pertama kali pada abad ke-11 masehi. Seorang empu bernama Kanwa menulisnya saat masa pemerintahan Prabu Airlangga yang menguasai Jawa Timur sekitar tahun 1019-1042. Sastra ini menjadi pusaka berharga karena menjadi bukti peradaban manusia zaman dahulu yang ternyata sudah maju. Bahkan mengenal baca tulis meski hanya kalangan tertentu saja.

4. Serat Centhini

Serat Centhini atau dengan nama lain Suluk Tambangraras adalah sebuah karya sastra terbesar dalam kasusastran Jawa Baru. Di dalam kitab ini banyak sekali tersimpan tradisi, ilmu pengetahuan, dan banyak hal yang saat itu dikhawatirkan akan punah. Adalah Pakubuwana ke-V yang memiliki ide menghimpun segala budaya dan tradisi dari Jawa ini menjadi sebuah serat yang berisi tetembangan.

5. La Galigo

La Galigo adalah karya sastra paling panjang di dunia saat ini. Berisi sekitar 6.000 halaman, dan 300.000 baris teks membuat La Galigo saat dikagumi di dunia. Karya ini dibuat sekitar abad ke-13 dan ke-15 masehi oleh bangsa Bugis Kuno. Huruf yang digunakan dalam La Galigo masih menggunakan huruf lontara kuno yang tak semua orang bisa membacanya.

La Galigo berisi banyak sekali sajak tentang penciptaan manusia. Selain itu juga cerita mitos hebat yang kadang masih diceritakan turun temurun. La Galigo dipercaya ditulis sebelum epik Mahabarata ditulis di India. Saat ini sebagian besar manuskrip asli dari La Galigo terselamatkan dan tersimpan rapi di Museum Leiden, Belanda.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

BELAJAR BAHASA INGGRIS DENGAN MODA DARING LAGI UNTUK KELAS 7 MTsN 1 LANGKAT

DARI PTK KE MEDIA CETAK