BUKU DITOLAK KREATIVITAS BERTINDAK
Belajar
Menulis Gelombang 9
Pertemuan 27 :
Jumat, 15 Mei 2020
Waktu : Pukul 13.00 – 15.00
WIB
Pemateri : Wijaya Kusumah, s.Pd.,
M.Pd. (Om Jay)
Topik : Ketika
Bukumu Ditolak Penerbit Mayor
Peresume : Nanda Candra Kirana, S.Pd
Hari ini Jumat, 15 Mei 2020. Om Jay kembali memberi materi yang sangat memotivasi. Beliau
berbagi pengalaman tentang spirit yang tidak boleh kendur saat buku yang kita
ajukan ke penerbit ternyata ditolak.
“Berkali kita gagal
lekas bangkit dan cari akal. Berkali kita jatuh lekas berdiri jangan mengeluh.
Jadilah guru tangguh berhati cahaya. Kegagalan adalah awal dari sukses yang
tertunda. Gembirakan dirimu dengan terus belajar kepada orang-orang yang telah
sukses menerbitkan bukunya.”
Penolakan
itu harusnya dijadikan momen untuk memperbaiki kualitas buku kita. Lakukan
perbaikan, sama sepertii dulu saat skripsi, thesis atau desertasi dikoreksi habis-habisan. Boleh anda meminta bantuan rekan yang mumpuni
untuk memberikanmasukan pada tulisan anda.
“Saya sangat berterima kasih kepada para penerbit yang sudah menolak
buku yang saya susun. Dengan begitu buku
yang saya susun menjadi layak jual. Coba kalau seandainya naskah buku saya
langsung diterima, pasti banyak yang tidak laku karena isinya kurang menarik
hati pembaca. Buku saya terbit tapi tidak banyak pembelinya, karena bukunya
tidak menarik hati pembaca.”
“Saya jadi banyak belajar semenjak buku ditolak penerbit mayor. Saya
perbaiki dan terus perbaiki sehingga naskah buku menjadi lebih enak dibaca.
Butuh waktu lama mengerjakannya. Saya pantang menyerah. Saya belajar dari
penolakan. Saya pergi ke toko buku dan membaca buku-buku best seller. Dari
sanalah saya akhirnya tahu rahasia buku mereka laris dibaca pembaca.”
Momen ditolaknya sebuah tulisan oleh penerbit
sebenarnya mirip proses seleksi alam-nya Charles Darwin. Disini daya tahan
seorang penulis sedang diuji. Bagi mereka yang mampu beradaptasi dengan
tuntutan pasar dan peningkatan kualitas diri akan mampu lahir menjadi benih
unggul yang kelak melahirkan karya-karya fenomenal. Hampir seluruh penulis
hebat di awal karir mereka mengalami penolakan. Karena penolakan itu alami,
nikmati saja prosesnya.
“Ketika bukumu ditolak penerbit, teruslah menulis dan jangan berhenti
menulis. Ketika engkau terus menulis, maka tulisanmu akan semakin tajam dan
nendang. Pasti tulisanmu akan layak jual. Pasti tulisanmu akan banyak dibaca
orang. Aha kuncinya satu mau belajar dan pantang menyerah.”
Di sesi akhir materi, Om Jay memberi kesempatan
peserta untuk bertanya. Penulis pun mengambil kesempatan itu untuk menanyakan
pendapat Om Jay tentang penulis yang menggunakan jasa penerbit minor agar
bukunya bisa terbit walaupun menggunakan dana pribadi. Berikut tanggapan
beliau.
“Seingat saya banyak
loh buku yg laris diterbitkan dibeli banyak orang dari penerbit indi, contohnya
buku saya sendiri ada yg diterbitkan penerbit indie, bahkan bukunya belum
terbita saja sdh banyak yg pesan, caranya banyak belajar ilmu marketing.”
“Ini contoh buku yang ditolak penerbit mayor. Kami tidak putus asa
dan terus bersemangat untuk memperbaiki isi bukunya. Alhamdulillah akhirnya
diterima penerbit mayor. Berkat buku ini, kami keliling Indonesia untuk berbagi
ilmu PTK.”
“Kalau menerbitkan buku di penerbit indie dg biaya sendiri apakah ada
fasilitas layout buku layaknya buku yg diterbitkan di penerbit mayor. Soalnya
kmrn sy menerbitkan buku pelajaran di penerbit indie dg biaya sendiri isi
materi tdk di ubah sama sekali tata letaknya shg bukunya tdk menarik. ada, tapi kita
perlu keluar uang, kalau di penerbit mayor kita tinggal terima beres. Bahkan
cover dan layoutnya sangat menarik sekali, sehingga banyak orang yang beli
bukunya”
Menulislah...biarkan
tulisanmu menemukan takdirnya.
Komentar
Posting Komentar