Meramu Ragam Rasa Melalui Storytelling






Belajar Menulis Gelombang 9
Pertemuan 23           : Senin, 11 Mei  2020
Waktu                         : Pukul 13.00 – 15.00 WIB
Pemateri                    : Budiman Salim
Topik                          : Story Telling
Peresume                  : Nanda Candra Kirana, S.Pd

 Mudahnya, storytelling itu bisa kita sebut mendongeng. Pasti setiap orang pernah mendengar, membaca atau menyampaikan dongeng. Dongeng yang kita dengar sebagai sebuah cerita akan kita ingat. Bahkan dongeng atau cerita yang kita dengar di waktu kita kecil dahulu pun masih kita ingat sampai sekarang. Itu lah dahsyatnya sebuah cerita hingga, para pakar marketing sampai mendesain teknik pemasaran berbasis storytelling ini. Karena faktanya, Tuhan dalam kitab suci pun menyampaiakn pesan di dalam cerita.

                CIRI-CIRI SEBUAH STORYTELLING DALAM IKLAN
1. Kekuatannya ada pada cerita. Brand  sering muncul belakangan
2. Kalaupun brand muncul di depan kehadirannya menjadi bagian dari cerita itu   
    sehingga tetap tidak terlalu terasa bahwa itu adalah iklan
3. Brand terlihat muncul seperti btw tapi sebenernya kehadirannya kuat
4. Brand diperlakukan secara netral dan tidak sebagai hero
5. Nuansa iklannya hampir gak terasa
6. SURPRISENYA TINGGI sehingga orang mau nge-share.
Terkait storytelling dijadikan metode iklan. Ada baiknya kita mengetahui macam-macam cara berjualan yang sering dilakukan orang:

1. ROUGH SELLING
Cara berjualan dengan cara kasar dan menyakiti hati konsumennya.Misalnya produk MLM. Mereka mengundang orang untuk datang ke suatu tempat cuma ngasih tau bahwa ada prospek bisnis. Pas kita datang ke rumahnya, ternyata mereka jualan. Begitu juga yang terjadi pada orang yang jualan asuransi. Seringkali salesgirlnya berjualan dengan cara yang memaksa sehingga kita jadi kesel dan marah. Cara berjualan seperti ini biasanya membuat orang jadi tidak bersimpati pada brand kita.

2. HARD SELLING
Hard selling adalah cara berjualan dengan cara berteriak-teriak seperti tukang obat. Yang diteriakkan biasanya semua tentang kehebatan dan semua benefit yang ada di brandnya. Cara berjualan seperti ini biasanya sulit untuk dipercaya karena janjinya too good to be true.

3. SOFT SELLING
Cara berjualan secara halus dengan tone and manner yang elegan. Meskipun caranya halus, orang tentu saja tau bahwa itu iklan. Cara berjualan seperti ini mungkin menyenangkan calon konsumen tapi karena tau bahwa itu iklan, mereka sering enggan untuk nge-share.
4. COVERT SELLING
Covert Selling adalah cara beriklan dengan cara menyembunyikan brandnya. Orang tidak tau dan tidak merasa bahwa itu iklan. Cara berjualan seperti ini biasanya tidak disukai oleh Team Marketing.  Kenapa demikian? Karena mereka merasa apa gunanya bayar mahal-mahal kalo brandnya disembunyikan? Mereka gak tau bahwa covert selling adalah cara yang paling ampuh untuk mendapatkan share. Orang merasa gak keberatan nge-share karea merasa itu bukan iklan.


STORYTELLING ADA DI MANA DONG?
Storytelling ada di antara soft selling dan covert selling. Diharapkan sebuah storytelling, komunikasinya bisa halus dan elegan seperti soft selling tapi juga sekaligus mampu mendapatkan share sebanyak mungkin seperti covert selling.
CONTOH STORYTELLING DALAM TEKS
PUYUNGHAY SIALAN
Habis benerin NOTE-5 di North bridge PIM saya mampir ke bakmi GM kangen sama Puyunghay yg menurut saya memang nomer satu di dunia.
Saya order sepiring nasi goreng dan seporsi Puyunghay.
Sambil menunggu puyunghay tiba saya foto2 nasi goreng sepuasnya. Takut keburu dingin saya makan nasi goreng dikit-dikit sambil nunggu puyunghay.
Sialnya sampai nasi goreng habis Puyunghay sialan itu belum juga tiba. Lalu saya pakai jurus pamungkas yg selalu berhasil. Saya panggil waiter lalu saya bilang "Order Puyunghay saya batalkan, saya minta uang kembali"
Lalu saya dengar ribut2 dari arah dapur dan sekejap kemudian Puyunghaysialan itu terhidang.
"Bungkus" kata saya setengah membentak. 2 menit kemudian saya keluar dari resto bakmi GM menenteng bungkus…
STORYTELLING DALAM BENTUK IMAGE
Coba liat iklan ini. Hanya mengandalkan gambar yang bercerita. Gak atu huruf pun di sana kecuali kata-kata dalam sachet.

MEMASARKAN PRODUK ATAU BRAND DI SOCIAL MEDIA.
BRAND adalah apa yang orang CERITAKAN tentang kita. Jadi, apapun bisnis kalian, konsumen harus mempunyai pengalaman unik untuk diCERITAkan pada komunitasnya Nah, persoalannya adalah bagaimana kalau ternyata produk kita tergolong generik? Setelah dipikir-pikir ternyata brand kita tidak ada bedanya dengan brand kompetitor. Repot juga, kan? Kalau itu yang terjadi maka KITA PERLU MENCIPTAKAN SESUATU sehingga konsumen tetap mempunyai pengalaman yang menarik UNTUK DICERITAKAN. Caranya bagaimana?
Saya punya temen namanya Iwan SJP. Dia pergi ke Starbucks mengajak seorang temennya bernama Abigail.  Seperti kita ketahui, setiap kali kita memesan kopi, baristanya akan menanyakan nama pembeli lalu mereka tuliskan di atas cup kopi kita.
Nah, masalahnya, Barista tersebut salah menuliskan spellingnya. Iwan kecewa berat, 'Perusahaan multinasional kok bisa salah menuliskan ejaan?' Karena kesal Iwan SJP memotret cup bertuliskan nama yg salah tersebut dan mempostingnya di FB. Kenapa kok bisa begitu, ya? Nah, ini yang kocak! Iwan tidak mengetahui bahwa Barista tersebut ternyata menulis dengan ejaan yang salah secara sengaja. Starbucks sedang memberi konsumennya bahan untuk diceritakan. Tanpa disadari orang yang terjebak itu telah menjadi brand ambassador gratisan.
 
Satu hal yang perlu dicatat bahwa di era digital, orang tidak takut melakukan hal yang cenderung negatif dalam berkomunikasi Buat mereka mendapat liputan itu jauh lebih penting dari nama baik. Dan strategi itu udah sangat biasa dilakukan oleh orang di seluruh dunia baik itu artis atau politisi.
Seorang temen pernah berkata, “Gak usah heran, Om Bud, Starbucks mah duitnya banyak. Jadi mereka bisa dengan mudah membayar orang pinter untuk membuat strategi marketing seperti itu. Orang Indonesia mah jangan diharepin. Boro-boro membuat strategi seperti itu, kepikiran aja kagak.” Omongan temen saya ini salah besar. Banyak sekali saya temukan orang-orang lokal yang membuat strategi jenius dan gak kalah sama strategi Starbucks di atas. Dan hebatnya mereka adalah pebisnis-pebisnis skala kecil dan menengah.




SOTO GEBRAK
Apakah kalian pernah mendengar Soto Gebrak? Boleh percaya boleh tidak, soto gebrak buat saya rasanya biasa aja. Soto Ambengan Pak Sadi di Jalan wolter Monginsidi rasanya jauh lebih enak. Soto Kudus di Jalan Wijaya 1 lebih gurih, Soto Mie di Jalan Pinangsia lebih mantap dan Soto Betawi Pondok Pinang lezat bukan main walaupun harganya terhitung mahal.
Boleh percaya boleh tidak, soto gebrak buat saya rasanya biasa aja. Soto Ambengan Pak Sadi di Jalan wolter Monginsidi rasanya jauh lebih enak. Soto Kudus di Jalan Wijaya 1 lebih gurih, Soto Mie di Jalan Pinangsia lebih mantap dan Soto Betawi Pondok Pinang lezat bukan main walaupun harganya terhitung mahal.
 
Tapi toh saya tetap menceritakan pengalaman saya makan di Soto Gebrak. Kenapa? Ketika kita memesan soto, maka kokinya akan membanting botol kecap ke atas kayu yang dilapis seng. Setiap kali botol digebrakkan ke meja maka akan terdengar suara yang sangat memekakkan telinga. Hahahahaha kocak ya? 
Setiap kali temen saya ngajak makan siang, saya sering banget ngajak mereka makan di sana, terutama yang belom pernah ke tempat itu. Kenapa saya ngajak mereka kesana padahal makanannya gak begitu enak? Karena saya pengen dia kaget seperti saya pertama kali. Karena saya punya sesuatu untuk diceritakan.
Jadi saya berkesimpulan bahwa pemilik soto gebrak ini menyadari bahwa rasa sotonya tidak cukup kuat untuk diceritakan oleh konsumennya. Karena itu dia menciptakan gimik dan merekayasa sesuatu supaya konsumennya punya pengalaman untuk diceritakan. Artinya, owner soto gebrak ini secara intuisi telah menciptakan strategi marketing keren yang tidak kalah seperti yang dilakukan oleh perusahaan multinasional sekelas Starbucks.
SIOMAY PINK
Pernah ga kalian mendengar Siomay Pink? Siomaynya sih biasa-biasa aja seperti siomay pada umumnya. Yang berwarna pink adalah benda-benda lain di luar siomay. Dulu dia sering nongkrong di Jl. Jend. Sudrman, Jakarta pas car free day. Biasanya dia suka mangkal di setia budi atau di Bundaran HI. Saya sering ke Car Free Day bersama anak-anak dan isteri saya. Nah, supaya kita tidak terpisah, biasanya kami menetapkan Siomay PINK sebagai meeting point.
Saya sering makan di sana dan rasanya kembali tidak membuat saya puas. Rasanya sih biasa aja tapi karena berfungsi sebagai meeting point, saya tetep nongkrong di situ dan membeli beberapa siomay untuk menyenangkan hatinya.
 
Belakangan saya mendapat cerita lain tentang penjual siomay pink ini. Namanya Bapak Sriyono asli dari Klaten. Warna Pink adalah warna favorit anaknya Nama anaknya adalah Peksi Safira Miradalita. Pak Sriyono bercerai dengan istrinya ketika Peksi baru berusia 3,5 tahun. Dan tragisnya, Pak Sriyono tidak diizinkan untuk bertemu dengan anaknya itu. Nah loh, sebuah cerita lagi, kan? Hati saya tersentuh sekali mendengar cerita itu. Saya gak bisa membayangkan kalo saya gak bisa bertemu dengan anak saya sepert yang dialami oleh Pak Sriyono.
Sejak itu, setiap kali pergi ke Car Free Day, saya selalu makan siomay Pink. Saya beli yang banyak. Tapi inga! Saya ke sana bukan karena siomaynya. Siomaynya gak enak! SAYA KE SANA KARENA CERITANYA. Luar biasa kan pengaruh sebuah CERITA?



Komentar

Postingan populer dari blog ini

BELAJAR BAHASA INGGRIS DENGAN MODA DARING LAGI UNTUK KELAS 7 MTsN 1 LANGKAT

DARI PTK KE MEDIA CETAK